Rabu, 10 Desember 2014

KASIH SAYANG SEORANG AYAH

Setiap manusia terlahir sebagai seorang anak dan sudah merupakan kewajiban kita sebagai seorang anak untuk berbakti kepada kedua orang tua kita, hadist dibawah ini menjelaskan tentang keutamaan berbakti kepada orang tua terutama ibu dan pastinya kita semua tahu benar tentang keutamaan berbakti kepada ibu dan dalam hadist tersebut disebutkan sampai 3 kali “ Ibu, ibu, ibu baru ayah ” mengingat betapa besar kasih sayang dan pengorbanan yang ibu berikan kepada kita.



عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.' (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)


Tapi kita juga harus ingat juga bahwa tak kalah besar pengorbanan, kasih sayang dan perhatian seorang ayah dalam kehidupan kita.  Ayahlah yang memikul tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup keluarga.

Berikut sekelumit cerita yang menggambarkan tentang kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya semoga bisa menginspirasi kita semua :

Pada suatu pagi yang cerah ada seorang ayah yang sudah lanjut usia sedang bersama anaknya yang masih muda dan baru menyelesaikan pendidikan kuliahnya, mereka duduk dihalaman rumah mereka dan berbincang-bincang tentang suasana pagi itu. Pada waktu yang sama melintaslah seekor burung merpati lalu burung merpati tersebut hinggap dipepohonan yang ada didepan mereka. Kemudian sang ayah terus melihat burung merpati tersebut dan bertanya kepada anaknya .

  Ayah : Nak, apakah yang hinggap dipohon itu? 
  Anak : Itu burung merpati 
 Ayah : menganggukan kepalanya namun sang ayah ini menanyakan kembali pertanyaan yang sama 
 Anak : didalam hati sang anak ini mengira kalau pendengaran ayahnya sudah mulai berkurang sehingga dia tidak mendengar jawabannya, lalu dijawab lagi dengan jawaban yang sama “itu burung merpati” 
Ayah : kembali sang ayah ini menganggukan kepalanya dan menanyakan kempali pertanyaan yang sama sampai 5 kali berturut-turut
 Anak : karena kesabaran sang anak ini sudah habis untuk menjawab pertanyaan yang sama dan diulang-ulang, dengan nada kesal anak tersebut berkata “aku tidak tau bapak mengerti atau tidak!. Sudah 5 kali bapak menanyakan hal yang sama dan akupun sudah menjawabnya tetapi masih bertanya terus!!. 
 Anak : dengan nada keras anak ini menjawab lagi pertanyaa ayahnya “itu burung merpati, burung mer… pati ayah..!!” sambil menggerutu.

Setelah beberapa saat kemudian sang ayah ini masuk kedalam rumah, kemudian sang ayah keluar lagi dengan membawa sebuah buku, buku tersebut diberikan kepada anaknya. Kemudia anaknya bertanya “buku apa ini ayah?” Ayah menjawab “lihatlah dan baca saja buku itu”.
Kemudian anak tersebut mulai membuka dan membaca satu persatu tulisan yang ada pada buku itu, buku tersebut adalah buku diary ayahnya pada waktu anaknya baru berumur 4 tahun. Isi buku tersebut adalah sebagai berikut “ pada hari ini aku sedang dihalaman depan rumah bersama anaku yang baru berumur 4 tahun. Kemudian melintas burung merpati dan hinggap didepan pepohonan yang ada didepan kami. Anakku terus melihat pandangannya ke burung merpati yang singgah dipohon lalu bertanya kepadaku “Ayah, apakah yang hinggap di pohon itu?” kemudian aku menjawabnya “Itu Burung Merpati”

Anakku yang baru berumur 4 tahun ini terus menanyakan hal yang sama sampai 20 kali. Hingga 20 kali juga aku menjawab pertanyaan anakku dengan sabar demi cinta dan rasa sayang terhadap anakku ini. Aku selalu menjawab pertanyaan anaku ini. Harapanku adalah semoga hal ini bisa menjadi suatu pendidikan yang berharga.”

Setelah anak tersebut selesai membaca buku diary ayahnya yang ditulis waktu dia berumur 4 tahun, kemudian si anak ini langsung menangis dan memluk ayahnya sambil meminta maaf kepada ayahnya yang telah lanjut usia. Anak tersebut menyesal karena membentak ayahnya dan telah kehilangan kesabarannya dan marah untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan ayahnya. Ayah kemudia berkata, Hari ini bapak baru bertanya pertanyaan yang sama 5 kali berturut-turut kepada kamu nak, tapi kamu menjawab dengan marah dan hilangan kesabarannmu untuk menjawab pertanyaan bapak ini. 

Semoga kisah seorang anak dan ayah diatas bisa menjadi inspirasi kita semua untuk selalu berbuat baik semaksimal mungkin kepada kedua orang tua kita. Seandainya kita mempunyai ayah dan ibu yang sudah tua atau lajut usianya, Ingatlah kedua orang tua kita sudah tidak muda lagi, kekuatan dan panca indra mereka telah menurun, tidak seperti waktu muda dulu. Orang yang lanjut usianya akan kembali seperti masa kanak-kanaknya. Mereka membutuhkan simpati, perhatian dan bimbingan. Seperti kita pada waktu kecil dulu membutuhkan itu semua dari ke dua orang tua kita. Oleh karena itu, bertingkahlakulah yang baik kepada orang tua kita, bersabar dan mau mendengarkan apa yang mereka inginkan. Karena dulu orang tua kita juga melakukan semua itu dengan rasa cinta dan sayang tanpa batasan.

Berikut Video yang menggambarkancerita tersebut diatas : 





0 komentar:

Posting Komentar